Breaking News

Diduga Terafiliasi dengan Iran, Penyerang Salman Rushdie Ditahan

Salman Rushdie (kiri) bersama novel The Satanic Verses (tengah) dan Hadi Matar (kanan) pelaku penikaman yang terjadi pada Jumat (12/8/2022) di Chautauqua Institution, New York, AS. Foto: AP News

WELFARE.id-Hingga kini, penulis kontroversi Salman Rushdie masih berada dalam perawatan di rumah sakit. Saat ini, Rushdie menggunakan ventilator dan tidak dapat berbicara hingga Jumat malam (12/8/2022).

Sementara itu, terdakwa penyerangan Rushdie, Hadi Matar yang dibekuk polisi usai melakukan penyerangan diduga memiliki hubungan dengan Iran. Akun media sosial Matar menunjukkan, dia bersimpati pada ekstremisme Syiah dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. 

Meskipun hingga kini tidak ada hubungan pasti yang ditemukan antara Hadi Matar yang kini berusia 24 tahun dengan negara Syiah tersebut. 

"Kami masih dalam tahap awal dan, terus terang, dalam kasus seperti ini, saya pikir hal yang penting untuk diingat adalah orang harus tetap berpikiran terbuka. Mereka perlu untuk melihat semuanya. 

Mereka tidak bisa hanya berasumsi sesuatu terjadi karena mengapa mereka berpikir sesuatu terjadi," ujar Nathaniel Barone, pengacara Hadi Matar dari Fairview, New Jersey, yang ditunjuk pengadilan setempat.

Untuk diketahui, IRGC adalah faksi kuat yang mengendalikan kerajaan bisnis serta pasukan elite bersenjata dan intelijen di Iran. Kelompok ini dituduh Amerika Serikat (AS) melakukan kampanye ekstremis global.

Belum ada reaksi resmi pemerintah di Iran terhadap serangan terhadap Rushdie, tetapi beberapa surat kabar garis keras Iran memuji penyerangnya. Contoh saja surat kabar garis keras yang pemimpin redaksinya ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Kayhan yang merayakan peristiwa tersebut.

"Seribu bravo... untuk orang pemberani dan patuh yang menyerang Salman Rushdie yang murtad dan jahat di New York," ujar laporan berita surat kabar tersebut. "Tangan pria yang merobek leher musuh Tuhan harus dicium," tulis koran itu lagi.

Sedangkan situs berita Asr pada Sabtu (13/8/2022), memuat kutipan yang sering dikutip oleh Khamenei yang mengatakan panah yang ditembakkan oleh Khomeini suatu hari akan mengenai sasaran. 

Sedangkan judul surat kabar garis keras Vatan Emrooz berbunyi,”Pisau di leher Salman Rushdie”. Sedangkan Harian Khorasan memuat tajuk utama di halamannya yang berjudul ”Setan dalam perjalanan ke neraka”.

Usai penyerangan setelah berjam-jam operasi, menurut agennya Andrew Wylie, Rushdie menggunakan ventilator dan tidak dapat berbicara hingga Jumat malam (12/8/2022). 

Novelis itu kemungkinan akan kehilangan matanya dan mengalami kerusakan saraf di lengannya dan luka di hatinya usai luka tusukan ketika akan memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution di barat New York. 

Polisi mengatakan pada Jumat (12/8/2022), belum menetapkan motif dari serangan terhadap penulis kontroversial ayat-ayat setan yang dikecam oleh umat muslim dan negara muslim tersebut. 

Tapi, penusukan itu dikecam oleh penulis dan politikus di seluruh dunia sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi. Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (13/8/2022), Presiden AS Joe Biden memuji cita-cita universal yang diwujudkan oleh Rushdie dan karyanya.

"Kebenaran. Keberanian. Ketahanan. Kemampuan untuk berbagi ide tanpa rasa takut. Ini adalah blok bangunan dari setiap masyarakat yang bebas dan terbuka," kata Biden.

Sedangkan jaksa New York dalam dakwaan terhadap Hadi Matar menyatakan, Rushdie ditikam 10 kali. Dia telah melakukan serangan yang direncanakan dengan bukti melakukan perjalanan dengan bus ke Chautauqua Institution dan membeli tiket yang memungkinkan dia bisa bertemu dengan Rushdie.

Matar ditangkap di tempat kejadian oleh seorang polisi negara bagian setelah dilumpuhkan ke lantai oleh beberapa penonton. Saksi mata mengatakan dia tidak berbicara saat sedang menyerang penulis.

Salman Rushdie lahir dalam keluarga muslim Kashmir di Bombay, sekarang Mumbai, India sebelum pindah ke Inggris. Kepindahan dilakukan usai dia menghadapi ancaman pembunuhan atas karya kontroversi Satanic Verses, yang dipandang mengandung bagian-bagian yang menghujat Nabi Muhammad S.A.W.

Buku itu dilarang di banyak negara dengan populasi muslim yang besar. Bahkan pada 1989, pemimpin tertinggi Iran saat itu Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan sebuah fatwa menyerukan umat Islam untuk membunuh penulis dan siapa pun yang terlibat dalam penerbitan buku tersebut karena penistaan.

Organisasi Iran yang terkait dengan pemerintah, telah mengumpulkan hadiah jutaan dolar untuk pembunuhan Rushdie. Pengganti Khomeini sebagai pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, baru-baru ini mengatakan pada 2019 bahwa fatwa itu tidak dapat dibatalkan, dilansir dari Reuters, Minggu (14/8/2022). (tim redaksi)

#salmanrushdie
#penyerangan
#senjatatajam
#penuliskontoversial
#salmanrushdie
#hadimatar
#chautauquainstitution
#newyork

Tidak ada komentar