Baru Dibocorkan Sang Adik, Kim Jong Un Ternyata Sempat Sakit Keras Saat Wabah Covid "Mengamuk" di Korut
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan masker saat wabah COVID-19 merebak di Korut. Foto: Istimewa/ Reuters
WELFARE.id-Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un baru saja mengumumkan jika negaranya berhasil mengatasi COVID-19 dengan baik. Kim Jong Un bahkan sudah memerintahkan untuk mencabut antiepidemi maksimum yang ditetapkan sejak Mei 2022 kemarin.
Deklarasi tersebut dianggap prematur oleh beberapa orang. Sebab sampai sekarang data tentang berapa kasus COVID-19 di Korea Utara tidak diketahui.
Klaim sang pemimpin Korut itu berdasarkan hasil pengecekan, bahwa tidak ada kasus lagi sejak 19 Juli 2022. Namun, di tengah kabar "kemenangan" itu, justru sang adik Kim Yo Jong membocorkan hal lain.
Dia malahan mengungkit kembali kondisi kakaknya saat terserang COVID-19. Kepada media, Kim Yo Jong mengatakan, jika kakaknya terserang demam tinggi yang mengkhawatirkan.
Adik perempuan Kim Jong Un itu bahkan menyalahkan Korea Selatan karena dianggap sebagai pihak yang telah menyebabkan sang kakak sakit. Pihak Korut mengklaim jika Korsel sudah mengirim "benda kotor" melewati perbatasan kedua negara ini melalui selebaran.
Kim Yo Jong mengklaim jika demam tinggi yang menyerang kakaknya tersebut adalah salah satu jenis propaganda dari Korsel. Meski demikian, ada banyak spekulasi yang muncul di dunia internasional soal kesehatan Kim Jong Un.
Kebiasaan Kim Jong Un merokok diduga telah memicu spekulasi bahwa sebenarnya ia sudah lama sakit. Memang faktanya, Kim Jong Un diketahui tidak tampil di publik selama 17 hari bulan lalu.
Namun, pihak Korea Utara saat itu mengklaim jika pemimpinnya tengah menghabiskan libur musim panas.
Cabut pembatasan mobilitas
Kembali ke soal klaim kemenangan lawan COVID-19, dalam waktu dekat, Kim Jong Un bakal segera mencabut aturan-aturan terkait COVID-19, termasuk pembatasan mobilitas.
Melansir kantor berita negara KCNA via Antara, sambil mencabut aturan ketat anti COVID, Kim Jong Un mengatakan Korut harus "meningkatkan upaya menghadang pandemi sampai krisis kesehatan global berakhir".
Beberapa analis mengatakan pernyataan kemenangan itu bisa menjadi awal untuk memulihkan perdagangan, yang sebelumnya terhalang karena penutupan perbatasan saat penguncian wilayah serta berbagai pembatasan lainnya.
Para pengamat juga mengatakan, pernyataan tersebut juga mungkin membuka peluang bagi Korut untuk melakukan pengujian senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Menurut seorang pejabat di Korut, tingkat kematian akibat COVID-19 di Korut, yakni sebanyak 74 orang, merupakan "keajaiban yang belum pernah terjadi sebelumnya" jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Korut sejauh ini belum mengungkapkan berapa banyak dugaan kasus virus corona yang ditemukan. Namun, sejak 29 Juli, negara itu melaporkan bahwa tidak ada dugaan kasus baru yang muncul.
Laporan itu mengemuka di tengah pernyataan dari berbagai organisasi bantuan internasional bahwa Korut menghadapi keterbatasan kemampuan melancarkan pengujian COVID-19. Korut sebelumnya melaporkan jumlah orang yang mengalami gejala demam, namun tidak menyebut kasus tersebut sebagai COVID.
Kasus harian gejala demam itu mencapai puncaknya pada 15 Mei, yaitu 392.920 orang, sehingga para pakar memperingatkan soal krisis yang tak terhindarkan. WHO meragukan pernyataan Korut soal kemenangan atas pandemi.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kesehatan dunia itu pada Juli mengatakan pihaknya meyakini bahwa situasi pandemi di Korut semakin buruk, bukan membaik, di tengah ketiadaan data independen. (tim redaksi)
#korut
#koreautara
#wabahcovid
#pandemicovid
#kimjongun
#kimyojong
#kimjongundikabarkansempatsakit
#demamtinggi
#klaimpenanganancovidberhasil
#penanganancoviddikorut
Tidak ada komentar