Breaking News

SMI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,2% di Kuartal II-2022, Ekonom: Tergantung Realisasi PEN

Pemulihan ekonomi. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati optimistis, ekonomi RI menguat. Pemulihan ekonomi saat ini diklaim telah menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi semester I-2022 diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 4,9% sampai 5,2%. "Meningkatnya konsumsi dan investasi, serta ekspor yang masih kuat diperkirakan dapat menopang pertumbuhan ekonomi tahun 2022 pada kisaran 4,9% sampai 5,4%," jelas Sri Mulyani dalam rapat Banggar, Jumat (1/7/2022).

Pertumbuhan inklusif juga diyakini memberikan dorongan kuat bagi perekonomian serta perlindungan bagi masyarakat miskin. Tingkat pengangguran terbuka turun dari 6,26% pada Februari 2021 menjadi 5,83% pada Februari 2022.

"Tingkat kemiskinan turun dari 10,2% di 2020 menjadi 9,7% di 2021," urainya. Sementara itu, pandangan lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Prediksi IMF lebih rendah 0,2% dan World Bank 0,2%. World Bank juga 0,2% lebih rendah untuk tahun depan," imbuhnya.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 diperkirakan mencapai 5,4%, Bank Dunia 5,1%, ADB 5%, Moody's 5,3%, S&P 5,2%, dan konsensus pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2%.

Sedangkan berdasarkan Laporan Indonesia Economic Prospect (IEP) Bank Dunia Juni 2022, perekonomian Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1% pada 2022 dan naik menjadi 5,3 persen pada 2023. Proyeksi Bank Dunia ini didasarkan pada beberapa faktor pendukung, seperti kepercayaan konsumen yang meningkat, nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang lebih baik, dan lonjakan permintaan yang tertahan (pent-up demand).

"Proyeksi ini masih sejalan dengan rentang outlook pertumbuhan ekonomi pemerintah. Ini membuktikan bahwa resiliensi Indonesia masih terjaga di tengah peningkatan risiko global,” ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu melalui rilisnya, dikutip Sabtu (2/7/2022).

Menurut Bank Dunia, pemulihan ekonomi Indonesia masih berlanjut meski di tengah situasi global yang semakin menantang. Baik karena tekanan inflasi dunia, pengetatan kebijakan moneter eksternal, maupun pemburukan kondisi perekonomian global. 

Setelah mampu tumbuh 3,7% pada 2021, momentum pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut hingga triwulan I-2022. Pertumbuhan ekonomi tercatat cukup tinggi di tingkat 5,0 persen, meski sempat mengalami gelombang Omicron.

Meskipun demikian, Bank Dunia menyampaikan bahwa Indonesia perlu mengantisipasi jika kondisi global memburuk, seperti tercermin dalam laporan Global Economic Prospect Juni 2022. Yaitu kondisi di mana pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 5,7 persen pada 2021 menjadi hanya 2,9 persen di 2022 akibat eskalasi berbagai risiko.

Seperti inflasi yang tinggi yang memicu pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara saat ini. Selain itu, juga adanya kekhawatiran atas kerawanan ketahanan pangan dan kemiskinan akibat terbatasnya pasokan dan tingginya harga pangan dunia.

Di sisi lain, inflasi Indonesia di tahun 2022 diprediksi oleh Bank Dunia akan mencapai 3,6 persen. Proyeksi ini masih dalam rentang target inflasi Bank Indonesia dan asumsi makro dalam APBN sebesar 2 hingga 4 persen.

"Rasio defisit APBN terhadap PDB Indonesia pun diproyeksi secara lebih optimistik oleh Bank Dunia di tingkat 3,7 persen (postur APBN 2022 baru: 4,5 persen) mencerminkan optimistis konsolidasi fiskal yang lebih baik,” tutup Febrio. 

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2022 akan sebesar 4,9% year on year (yoy). Menurutnya proyeksi pertumbuhan tersebut sudah cukup positif. 

Sebab di kuartal II 2021 terjadi pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 7,07% yoy. Ia menyebut pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan juga net ekspor.

Selain itu, belanja pemerintah juga turut mendorong konsumsi rumah tangga, karena adanya pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada Aparatur Sipil Negara (ASN). Meski begitu, ia menyayangkan penyaluran Program Ekonomi Nasional (PEN) sangat lambat, yakni baru mencapai 20,9% atau Rp95,13 triliun dari total alokasi anggaran PEN yang sebesar Rp455,62 triliun.

“Kalau realisasi PEN bisa naik hingga 75% sampai akhir kuartal ke III dorongan konsumsi rumah tangga bisa tumbuh 4,6% sampai 5% yoy,” yakinnya. Menurutnya, jika penyaluran PEN tinggi di kuartal III 2022, maka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,2% sampai 4,7% yoy. 

Akan tetapi, jika penyaluran PEN masih minim, maka ekonomi di kuartal III 2022 hanya akan ada di kisaran 3,5% sampai 3,8% saja. Bhima  melanjutkan, meski di kuartal III 2022 ada penyaluran gaji ke-13 untuk ASN, tetapi akan tergerus oleh adanya inflasi pangan, transportasi, dan bahan bakar yang diperkirakan mulai muncul pada kuartal III tersebut.

“Rencana pemerintah lakukan pembatasan BBM pertalite dan solar melalui aplikasi juga diyakini akan mendorong inflasi lebih tinggi,” imbuhnya. (tim redaksi)

#pertumbuhanekonomi
#prediksiekonomiri
#kuartal2tahun2022
#menterikeuangan
#srimulyaniindrawati
#ekonomiindonesia
#inflasi
#proyeksiekonomi

Tidak ada komentar