Breaking News

Fenomena Udara Dingin Jelang Puncak Musim Kemarau, Bediding Berdampak pada Kesehatan Masyarakat

Orang kedinginan. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Fenomena udara dingin pada pagi hari terasa di sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Di Jogjakarta dan Bandung misalnya, udara terasa lebih dingin pada pagi hari.

Apalagi di Dieng, suhunya bisa mencapai negatif. Saking dinginnya, sejumlah tanaman membeku menjadi es.

Fenomena ini umumnya menandai waktu memasuki musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia. Pakar iklim Universitas Gadjah Mada (UGM) Emilya Nurjani pernah mengatakan, fenomena hawa dingin atau disebut sebagai bediding dalam istilah Jawa merupakan fenomena suhu udara lebih dingin setelah tengah malam hingga pagi hari ketika memasuki musim kemarau.

"Fenomena ini memang sepertinya menandai masuknya musim kemarau di suatu wilayah," ujar Emilya dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat (1/7/2022). Dia menyebut fenomena ini biasa terjadi saat musim kemarau. 

Terutama, untuk wilayah-wilayah yang mempunyai pola hujan monsunal yaitu wilayah yang puncak hujannya sekitar Desember-Februari dan mengalami musim kemarau sekitar Agustus-September. "Wilayah hujan monsunal meliputi Lampung, Sumatra Selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," jelasnya.

Dia juga menyebut, fenomena ini terjadi di musim kemarau pada saat kondisi langit cerah tanpa awan atau tanpa sedikit awan. Akibatnya, radiasi matahari yang diterima bumi besar sehingga suhu di siang hari meningkat (lebih panas).

Kondisi langit cerah ini juga menyebabkan pelepasan radiasi bumi pada malam hari menjadi lebih besar dan banyak karena tidak ada awan yang menghalangi. Sehingga menyebabkan suhu berkurang karena pelepasan panas atau hilangnya panas akibat pelepasan radiasi bumi.

Fenomena alam ini juga   berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Sebab, perubahan suhu yang sangat mencolok pada siang panas dan malam hari dingin.

"Pernah tercatat di Sleman mencapai 14 derajat dan di daerah Dieng minus satu. Kondisi semacam ini tentunya harus disiapkan. Di antaranya menjaga kondisi tubuh, berolahraga yang sesuai, dan mengkonsumsi cairan yang cukup," sarannya.

Sementara itu,Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan fenomena embun es tersebut merupakan hal yang wajar terjadi setiap tahunnya. Bahkan menurutnya, fenomena embun es ini juga bisa terjadi di beberapa wilayah selain Dieng.

"(Terjadi di) beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya (juga) berpotensi terjadi embun es (embun upas)," katanya, melansir kompas.com, dikutip Jumat (1/7/2022). Sebelumnya, fenomena embun es ini juga pernah terjadi di lereng Semeru tepatnya di Danau Ranu Pani, Lumajang, Jawa Timur pada tahun lalu.

Kendati demikian, Miming menambahkan bahwa kawasan Dieng merupakan daerah yang paling sering terjadi fenomena embun es.

Sedangkan Prakirawan Cuaca BMKG Agita Vivi menyebut, saat ini jika dilihat dari data dan potensi udara dingin dari Australia yang menjadi penyebab fenomena es ini, wilayah Jawa umumnya lebih berpotensi jika dibandingkan dengan pulau yang lain.

Selain itu, menurut Vivi, potensi fenomena embun es ini juga akan dipengaruhi oleh kondisi permukaan setiap gunung, seperti elevasi, slope, arah hadap, dan sebagainya. (tim redaksi)

#fenomenadingin
#bediding
#saljudidieng
#tanamanbeku
#mendekatimusimkemarau
#fenomenaembunes
#datarantinggidieng
#bmkg

Tidak ada komentar