Breaking News

Dokter : Virus Cacar Monyet Ditemukan di Sperma, Asi hingga Plasenta Bayi

Ilustrasi (net) 

WELFARE.id-World Health Organization (WHO) telah menetapkan cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global (Public Health Emergency of International Concern) per 23 Juli 2022. Hal itu terjadi karena penyebarannya makin meluas. Informasi terkait wabah cacar monyet atau monkeypox pun terus berkembang. Salah satunya terkait penemuan virus dalam sperma dan asi. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi dr Robert Sinto, Sp.PD-KPTI, menerangkan hipotesisnya, bahwa virus cacar monyet berada di aliran darah. Hal itu membuka peluang adanya virus dalam sperma, asi hingga plasenta bayi. 

"Dari laporan kasus yang beredar bahwa virus monkeypox ditemukan di sperma, hipotesisnya adalah virus ini berada di aliran darah. Jadi, kalau ditanya apakah virus bisa ditemukan juga di ASI ataupun plasenta bayi, besar kemunginannya ada," kata dr Robert dalam konferensi pers virtual, dikutip Jumat (29/7/2022) 

Karena ada kemungkinan bahwa virus monkeypox 'hidup' di ASI, pemerintah Amerika Serikat melalui Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengimbau agar ibu menyusui yang terpapar cacar monyet tidak memberikan ASI pada bayinya. "Pemberian ASI ini bukan hanya langsung melalui payudara ibu, juga ASI perah. Karena, mau lewat jalur apapun pemberiannya, di dalam ASI itu dicurigai ada virus cacar monyetnya," terang dr Robert. 

Ia pun menjelaskan bahwa ada kemungkinan besar bayi yang dikandung ibu terkonfirmasi cacar monyet pun akan terpapar virus. Ada dua jalur penularan yang mungkin terjadi. 

Pertama saat bayi baru dilahirkan, yang mana bayi tersebut melakukan kontak langsung dengan ibunya yang positif cacar monyet. 

Cara kedua adalah saat bayinya sudah dilahirkan dan melakukan kontak dengan ibu yang terpapar cacar monyet. "Kondisi ini tak jauh berbeda dengan COVID-19. Sebab, baik COVID-19 maupun cacar monyet, keduanya disebabkan oleh virus, sehingga pola infeksinya tidak jauh berbeda walau tetap ada kekhasan di antara kedua penyakit tersebut," imbuhnya. 

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengimbau kepada masyarakat untuk menjalani pola hidup bersih dan sehat. Cara ini merupakan upaya preventif paling mudah dilakukan namun juga efektif menghalau cacar monyet. 

Selain itu, karena cacar monyet bisa ditularkan secara tidak langsung, masyarakat pun diimbau untuk tidak melakukan kontak dengan benda yang terkontaminasi dari orang yang positif cacar monyet. "Virus cacar monyet bisa menular lewat kontak dengan pakaian penderita, sprei, atau alat makan. Benda yang terkontaminasi virus memungkinkan jadi medium penyebaran virus," ujar Syahril. 

Mengantisipasi hal tersebut kementerian kesehatan telah menyiapkan dua laboratorium penelitian. “Ada dua laboratorium yang sudah siap, yakni di Laboratorium
Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sri Oemijati BKPK Kemekes dan di Pusat Studi Satwa Primata IPB, Bogor,” katanya. 

Kementrian kesehatan menyatakan kesiapan kedua fasilitas laboratorium tersebut untuk memeriksa sampel-sampel dari pasien yang diduga terserang cacar monyet guna mendeteksi penularan penyakit sejak dini. 

Syahril menyampaikan bahwa pemerintah akan menambah sepuluh laboratorium di daerah-daerah strategis guna mendukung pelacakan kasus
penularan penyakit cacar monyet. “Kami berkomunikasi dengan dunia internasional yang sudah melakukan
vaksin dan pengobatan,” pungkasnya. (tim redaksi) 

#cacarmonyet
#monkeypox
#wabahcacarmonyet
#penelitiancacarmonyet
#who

Tidak ada komentar