Breaking News

Batal Beli Twitter, Elon Musk Bakal Digugat

Elon Musk. Foto: net

WELFARE id-Sempat ramai kabar Elon Musk bakal membeli media sosial Twitter, namun rupanya CEO SpaceX dan Tesla itu malah mengumumkan batal merampungkan transaksi pembelian Twitter. 

Hal ini disampaikan Musk melalui kuasa hukumnya dalam sebuah dokumen yang dikirimkan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) alias SEC belum lama ini. 

Dalam dokumen itu, disebutkan bahwa Musk tidak jadi membeli membeli media sosial berlogo "burung" tersebut karena menurutnya, Twitter melanggar sejumlah peraturan ketika proses negosiasi berlangsung. Pelanggaran tersebut konon berupa "pelanggaran materi" dan pelanggaran lainnya berupa "pernyataan yang menyesatkan" terkait jumlah akun robot (bot) dan akun palsu (spam) di Twitter. 

"Selama hampir dua bulan, Musk telah meminta data dan informasi yang diperlukan untuk 'membuat penilaian independen terhadap prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter,'” tulis kuasa hukum Musk, dikutip dari TheVerge, Senin (11/7/2022). 

"Namun, Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi ini," tambahnya. 

Setelah Musk mengatakan bahwa dia tak jadi membeli Twitter, pihak Twitter berencana menuntut Musk dan memastikan bahwa akan terus berupaya untuk menyelesaikan proses transaksi. 

Informasi tersebut disampaikan oleh ketua dewan direksi Twitter Bret Taylor melalui akun Twitter dengan handle @btaylor. Dewan direksi Twitter berkomitmen untuk merampungkan proses transaksi dengan harga dan persyaratan yang telah disepakati Musk sebelumnya," ujar Taylor dalam sebuah twit. 

"Kami berencana mengambil jalur hukum untuk menegakkan perjanjian dalam proses akuisisi Twitter oleh Musk ini dan kami yakin pasti akan menang," tambahnya. 

Twitter telah menyewa sebuah firma hukum di Amerika Serikat untuk menggugat Elon Musk dan memaksa salah satu manusia terkaya di dunia tersebut untuk merampungkan proses akuisisi yang dibatalkan sepihak pekan lalu. 

Firma hukum Wachtell, Lipton, Rosen & Katz LLP yang berbasis di New York akan mewakili Twitter untuk menggugat Elon Musk. Rencananya gugatan itu akan didaftarkan di Delaware. Twitter sendiri belum memastikan soal gugatan terhadap Musk itu. 

Wachtell, Lipton, Rosen & Katz LLP adalah firma hukum yang juga pernah dipakai jasanya oleh Musk untuk mengubah Tesla menjadi tertutup pada 2018 lalu. Musk ketika itu bilang telah berhasil mengumpulkan dana sebesar 72 miliar dolar AS untuk memuluskan rencana itu 

Tetapi rencana itu urung dilaksanakan. Musk dan Tesla, sebagai akibatnya, dipaksa oleh pengadilan untuk membayar denda sebesar USD20 juta. Selain itu Musk juga dipaksa mundur dari jabatannya sebagai chairman Tesla karena dituding membohongi investor. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Twitter dan Musk memang berkali-kali berselisih soal data akun bot dan spam yang beredar di platform mikroblogging itu. 

Akun bot atau spam adalah akun palsu di media sosial yang melakukan tindakan tertentu. Akun tersebut bisa saja dikendalikan oleh orang lain atau mesin otomatis, tapi identitas yang digunakan, bukanlah yang sebenarnya alias palsu. Mulanya, Twitter mengeklaim bahwa total akun bot/spam yang beredar di platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active user/mDAU). 

Tapi, Musk meragukan data tersebut dan memprediksi total akun bot/spam yang beredar di platform mikroblogging itu 20 persen dari total pengguna, alias lima kali lebih banyak dari klaim Twitter. Sebab itulah, Musk meminta Twitter membuktikan klaimnya, yang hingga saat ini belum diberikan, seperti informasi dari kuasa hukum Musk di atas. 

Ketika Musk mempermasalahkan jumlah akun bot dan spam di Twitter kala itu, CEO Twitter, Parag Agrawal telah membuat sebuah utas (thread) untuk menjelaskan metodologi penghitungan jumlah akun bot di Twitter. Menurut Agrawal, Twitter mengandalkan tenaga manusia untuk mengulas ribuan akun untuk memastikan apakah akun tersebut termasuk bot/spam atau bukan. 

Namun, Agrawal mengatakan dirinya tidak bisa memberikan informasi lebih spesifik karena berkaitan dengan data pribadi pengguna Twitter. "Sayangnya, kami ragu bila estimasi spesifik ini bisa ditampilkan secara eksternal, karena membutuhkan informasi publik dan pribadi (yang tidak bisa kami umbar)," kata Agrawal dalam utasnya. (tim redaksi) 

#twitter
#elonmusk
#elonmuskgagalbelitwitter
#twittervselonmusk
#elonmuskvstwitter
#twittertuntutelonmusk

Tidak ada komentar