Breaking News

Legalisasi Ganja di Thailand Makan Korban, Pemerintah Larang Penggunaan di Sekolah

Tanaman ganja atau mariyuana. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Legalisasi ganja yang dilakukan Pemerintah Thailand pada 9 Juni lalu sudah memakan korban. Setelah sebelumnya berupaya menutup-nutupi, pemerintah Thailand akhirnya mengakui ada warganya yang overdosis.

Melansir Bloomberg, Sabtu (18/6/2022), terjadi kasus overdosis ganja yang dialami 4 pria. Termasuk 2 pelajar berusia 16 dan 17 tahun, di Bangkok pekan ini.

Kasus tersebut memicu keluhan dan masalah baru, karena banyaknya remaja di bawah umur yang dengan bebas mengonsumsi tanaman yang sempat dikategorikan narkotika itu. 

Pemerintah langsung bergerak cepat dengan mengubah dan mengeluarkan aturan baru untuk membatasi akses ganja dan rami hanya untuk yang berusia minimal 20 tahun.

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kesehatan Masyarakat Anutin Charnvirakul menandatangani peraturan tersebut pada Kamis (16/6/2022) dan menunjuk ganja dan rami sebagai "tanaman yang dikendalikan". 

"Mereka yang berusia di bawah 20 tahun tidak akan diizinkan untuk memiliki dan menggunakan tanaman, yang keduanya termasuk dalam keluarga ganja. Kecuali jika mereka memiliki izin dari dokter," katanya, seperti dikutip dari Bangkok Post, Sabtu (18/6/2022).

Administrasi Metropolitan Bangkok juga mengatakan pihaknya berencana untuk melarang ganja di sekolah-sekolah. "Pemerintah juga akan mengeluarkan aturan untuk membatasi atau melarang konsumsi ganja di tempat umum dan mengontrol ganja dalam makanan. Aturan-aturan ini akan menjadi alat bagi pejabat untuk mengontrol dan mencegah penyalahgunaan," yakinnya.

Di bawah peraturan yang diusulkan oleh Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand, penggunaan ganja dilarang di tempat-tempat umum, seperti lembaga pendidikan, department store dan lembaga negara, dan penggunaan ganja selama kehamilan dan setelah melahirkan juga dilarang. 

"Kami belum menyebutkan penggunaan kuncupnya, terutama penggunaannya dalam makanan. Selama ini kami memiliki undang-undang tentang kandungan THC," imbuhnya.

Undang-undang menganggap THC (tetrahydrocannabinol) rendah menjadi 0,2 persen berat atau lebih rendah. Persentase yang lebih tinggi untuk ekstrak ganja dan rami - meskipun bukan tanaman itu sendiri - masih ilegal. THC adalah senyawa psikoaktif utama dalam ganja, yang membuat orang merasa tinggi.

Anutin menambahkan, peraturan itu juga menganggap asap rokok sebagai gangguan. Departemen Kesehatan juga telah mengeluarkan pedoman tentang penggunaan ganja dalam memasak.

Orang tidak boleh mengonsumsi lebih dari dua kali makan yang mengandung ganja setiap hari. Konsumsi ganja yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otak.

Penggunaan ganja di kalangan anak-anak juga dapat mempengaruhi otak yang sedang berkembang, menurut pedoman tersebut. (tim redaksi)

#legalisasiganjadithailand
#tuaiprokontra
#kontroversi
#kasusoverdosis
#ganjadilarangdisekolah
#penyebabkerusakanotak
#konsumsiganja

Tidak ada komentar