Breaking News

BBM Jadi "Barang Mewah" di AS, Subsidi di Indonesia Kuat Sampai Kapan?

Pengeboran minyak. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Harga minyak dunia melejit terus. Saat ini harga minyak dunia sudah bertengger di atas level USD100 per barel. 

Kondisi ini berpengaruh pada melonjaknya harga bahan bakar minyak (BBM). Yang paling merasakan adalah warga Amerika Serikat (AS).

Harga BBM di Negeri Joe Biden itu melompat sangat tinggi. CEO Tesla Elon Musk melalui akun Twitter-nya membocorkan kalau harga BBM di sana naik sampai USD7,11 per galon, yang sama dengan Rp105 ribu per galon atau Rp28,5 ribu per liter.

Realitanya, harga bensin rata-rata di AS kini mencapai USD5 per galon (3 liter) atau setara Rp74,3 ribu per galon. Adapun, 1 galon sama dengan 3,7 liter. 

Artinya, per liter harga BBM di AS kira-kira mencapai Rp20 ribu per liter. Lantas, bagaimana dengan harga BBM di Indonesia?

Pengamat energi Komaidi Notonegoro mengatakan, sebenarnya Indonesia perlu waspada akan kenaikan harga BBM dunia. "Mengingat sebagian dari kebutuhan kita dipenuhi dari impor. Kalau tidak ada penyesuaian harga, pemerintah perlu siap kalau besaran subsidinya naik," ujar Komaidi, dikutip Kamis (22/6/2022).

Harga BBM di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan penyalurnya. Untuk BBM milik swasta seperti Shell, Vivo, dan BP AKR harganya menyesuaikan harga minyak dunia, rata-rata Rp15.000-16.000 per liter.

Sedangkan BBM milik Pertamina, harganya ditekan agar bisa mendorong daya beli masyarakat. Misalnya, Pertalite dibanderol Rp7.650 per liter dan Pertamax Rp12.500-13.000 per liter. 

Harga ini masih di bawah nilai keekonomian di pasaran. "Kalau harga pasnya berapa, memang tergantung sejumlah variable. Ada produksi dan pajak," ujar Komaidi.

Masing-masing negara memang punya kebijakan penetapan harga yang tidak sama. Namun sebagai acuan, negara tetangga menjual RON 90, atau setara Pertalite, di atas Rp15.000 per liter.

"Ini biasanya berbeda-beda dalam besaran pajaknya," ungkapnya. Soal kian besarnya tanggungan subsidi BBM oleh negara juga diungkit Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi membandingkan harga BBM Indonesia dengan sejumlah negara lainnya, seperti Singapura, Jerman, dan Amerika Serikat. "Kita harus mensubsidi ke sana (harga BBM). Dari Rp152 triliun melompat kepada Rp502 triliun. Ini besar sekali," ujar Jokowi saat melakukan lawatan kerja ke Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (22/6/2022).

Di saat pemulihan COVID-19 belum selesai, terjadi perang Ukraina dengan Rusia yang semakin memicu kenaikan harga pangan dan energi di semua negara. "Inflasi di semua negara naik semuanya. Hati-hati mengenai ini. Ini sesuatu yang tidak mudah. 

Ada yang bertanya kepada saya, "Pak di sini bensin Pertalite nggak naik masih 7.650, solar masih harganya harga lama, elpiji juga masih harganya harga lama?" Hati-hati itu bukan harga keekonomian, bukan harga yang seharusnya, itu adalah harga yang sudah disubsidi," tegasnya.

Jokowi lantas memberikan perbandingan harga BBM di Indonesia dengan di negara lain. Di Singapura dan Jerman, harga BBM dalam rupiah sudah mencapai Rp31.000 per liter, di Thailand Rp20.000 per liter, dan di AS Rp17.000 per liter.

"Kita masih Rp7.650 (Pertalite). Dari mana harga ketemu ini? Ya tadi disubsidi. Tapi sampai kapan kita tahan, APBN kita, fiskal kita, kuat menahan ini," ungkapnya. (tim redaksi)

#hargabbm
#kenaikanhargaminyakdunia
#subsidibbm
#hargabbmdiamerika
#bbmbersubsidi
#apbn
#pertalite
#solar

Tidak ada komentar