Breaking News

Angka Kasus DBD Meledak, Ancaman Serius Bagi Warga Singapura

Ikon Singapura, patung Merlion. Foto: Ilustrasi/ EPA

WELFARE.id-Perubahan iklim mulai membawa dampak negatif bagi kesehatan warga di Singapura. Saat ini, Singapura tengah berjibaku dengan kondisi darurat Demam Berdarah Dengue (DBD).

Negara yang menjadi hub bisnis di Asia Tenggara itu telah mencatatkan 11.000 lebih kasus DBD. Angka ini jauh melampaui 5.258 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2021.

Para ahli memperingatkan, bahwa kejadian tak biasa ini tidak hanya menjadi ancaman serius bagi Singapura. Tapi negara tetangga lain, termasuk Indonesia yang beriklim tropis.

Pasalnya, nyamuk DBD mudah berkembang biak di iklim tropis. Akibat perubahan krisis, kemarau menjadi lebih panjang. 

Dengan adanya krisis iklim global, wabah seperti itu kemungkinan akan menjadi lebih umum dan meluas di tahun-tahun mendatang. DBD menyebabkan gejala seperti flu, yakni demam tinggi, sakit kepala parah dan nyeri tubuh. 

Dalam kasus ekstrim, pasien bisa mengalami pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ, dan bahkan kematian. "(Kasus) pasti meningkat lebih cepat," kata Menteri Dalam Negeri Singapura Desmond Tan di sela-sela inspeksi lingkungan untuk nyamuk demam berdarah, melansir cnn.com, Jumat (17/6/2022).

"Ini adalah fase darurat yang mendesak dan harus kita tangani," ungkapnya. Wabah di Singapura telah diperburuk cuaca ekstrem. 

"Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan demam berdarah global pada Januari 2022. Lembaga itu juga mencatat bahwa kasus telah meningkat "30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir."

"Tidak hanya jumlah kasus yang meningkat ketika penyakit menyebar ke daerah baru, tetapi wabah eksplosif sedang terjadi," kata WHO lagi. Lonjakan demam berdarah Singapura adalah hasil dari berbagai faktor, seperti cuaca hangat dan basah baru-baru ini, serta jenis virus dominan baru.

Ruklanthi de Alwis, peneliti senior di Duke-NUS Medical School dan pakar penyakit menular baru mengatakan, krisis iklim kemungkinan akan memperburuk keadaan. 

"Studi pemodelan prediktif sebelumnya telah menunjukkan bahwa pemanasan global akibat perubahan iklim pada akhirnya akan memperluas wilayah geografis (di mana nyamuk berkembang biak) serta panjang musim penularan demam berdarah," terangnya.

Badan Meteorologi Singapura mengatakan, bahwa negara itu memanas dua kali lebih cepat dari bagian dunia lainnya. Suhu harian maksimum bisa mencapai 37 derajat Celcius pada 2100 jika emisi karbon terus meningkat. (tim redaksi)

#singapuradaruratdbd
#demamberdarahdengue
#dbd
#iklimtropis
#berkembangbiak
#ancamanbagikesehatan

Tidak ada komentar