Breaking News

Tips Puasa Bagi Penderita Diabetes

Ilustrasi. Foto : net 

WELFARE.id-Tak hanya sekadar menahan haus dan lapar, puasa diyakini bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Tidak terkecuali bagi pasien diabetes. Namun, tak bisa sembarangan, penderita diabetes harus memperhatikan asupan makanannya. Bila perlu, berkonsultasi pada dokter agar puasa berjalan dengan aman. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip), dr. Maria Erika Pranasakti menjelaskan, ada kategori pasien diabetes yang boleh atau tidak menjalankan ibadah puasa Ramadan.  

''Terdapat tiga kategori pasien diabetes yaitu pasien diabetes risiko sangat tinggi, tinggi, sedang, atau rendah,'' ujarnya dikutip dari situs Undip, Kamis (7/4/2022). 

Ia menjabarkan, risiko tinggi adalah mereka yang pernah mengalami  hipoglikemia yang berat dan penurunan gula darah dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadan.

''Atau hipoglikemia berulang, perempuan yang sedang hamil, pasien-pasien cuci darah, mereka yang mengalami kegawatan yakni  Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS) dalam tiga bulan terakhir. Mereka termasuk pasien yang memiliki risiko tinggi apabila berpuasa,'' tukasnya. 

Lebih lanjut dr. Maria menjelaskan, kategori sedikit di bawah kategori risiko tinggi adalah pasien yang mengalami hipoglikemia sedang, kategori gulanya 150 sampai 300.  

Selain itu pasien diabetes yang tinggal sendiri dan tidak ada anggota keluarga yang menemani, pasien-pasien usia lanjut atau memiliki kormobid lain, misalnya pernah stroke, terkena serangan jantung masuk dalam risiko tinggi juga masuk kategori ini.  

''Pasien yang masuk kategori risiko sedang adalah pasien diabetes tang terkendali dan yang rendah hanya menggunakan salah satu macam obat saja. Biasanya pasien yang masuk kategori risiko sedang atau rendah masih aman tetapi mereka yang masuk risiko sangat tinggi dan tinggi harus mewaspadai beberapa hal. 

Ada tanda-tanda yang mereka harus pahami di dalam tubuh, kapan harus segera membatalkan puasa,'' jelasnya. Penderita diabetes yang akan melaksanakan ibadah puasa, terangnya, harus mempersiapkan diri, tidak hanya mendekati bulan puasa, tetapi 1 atau 2 bulan sebelumnya atau sejak awal sehingga ketima masuk bulan Ramadan, kondisi tubuh sudah tertata dengan baik.  

Dia mengungkapkan, saat berpuasa, terjadi perubahan pola makan yang awalnya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari yaitu saat sahur dan berbuka. Dan terdapat jeda tidak makan sahur dan berbuka selama 12 jam. Disaat inilah banyak yang mengira saat berpuasa gula darah akan turun. 

''Pada kenyataannya tidak hanya itu. Gula darah yang rendah atau hipoglikemia hanya salah satunya karena ada juga kondisi hiperglikemia atau gula darahnya justru malah naik. Naiknya gula darah saat puasa bisa disebabkan karena dehidrasi atau tubuh kekurangan cairan,'' ujarnya. 

Selain itu kondisi kegawatan seperti ketoasidosis diabetik yaitu kegawatan yang mungkin terjadi ketika diabetes ada suatu penyakit dalam tubuhnya bisa meningkatkan gula darah. 

Biasanya infeksi akut yang tidak disadari tetapi berpuasa dan ketika gula darahnya mencapai ambang tertentu akan terjadi kegawatan diabetes.  ''Hal yang perlu dipersiapkan penderita diabetes sebelum menjalankan ibadah puasa, diantaranya adalah asupan nutrisi, pasien diabetes disarankan untuk makan pada kisaran dietnya sekitar 1.200 sampai dengan 2.000 kalori,'' katanya. 

Cara untuk menghitung kalori makanan disesuaikan dengan berat badan ideal setiap orang. Misalnya, pasien harus mendapatkan asupan karbohidrat 40-50 persen dari total kalori, maka cairan yang dibutuhkan sekitar 30-50 cc per kg berat badan.  

Hal tersebut juga disesuaikan apakah penderita diabetes memiliki penyakit lain seperti gagal ginjal atau jantung, sebab kebutuhan cairannya berbeda.  ''Upayakan makan sahur mendekati waktu imsak, ketika berbuka tidak disarankan mengkonsumsi yang terlalu manis dan menghindari minuman yang mengandung kafein. Terkait dengan obatnya, sebaiknya didiskusikan dengan dokternya,'' imbaunya. 

Dokter Maria menambahkan, pasien diabetes harus menyadari posisi mereka saat ini. Apakah masuk kategori risiko sangat tinggi, tinggi, sedang, atau rendah.  

Bagi pasien risiko sangat tinggi harus waspada. Lakukan pengecekan gula darah lebih sering dan harus diwaspadai gejala-gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.

''Apabila dalam pengecekan gula darah kurang dari 70 atau lebih dari 300, kami merekomendasikan untuk membatalkan puasa sedangkan untuk pengaturan obat harus dikonsultasikan dengan dokter agar tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik tetapi tidak muncul komplikasi,'' tandasnya. (tim redaksi

#puasaaman
#diabetes
#ramadan

Tidak ada komentar